Minggu, 07 Februari 2016

Adukan Semen

PERTEMUAN 1
KONSEP DASAR
MANAJEMEN
KONSEP DASAR MANAJEMEN
A. BATASAN MANAJEMEN
Lahirnya konsep manajemen di tengah gejolak masyarakat
sebagai konsekuensi akibat tidak seimbangnya
pengembangan teknis dengan kemampuan sosial.
Meskipun kenyataannya, perkembangan ilmu manajemen
sangat terlambat jauh dibandingkan peradaban manusia di
muka bumi ini yang dimulai sejak keberadaan Adam dan
Hawa. Barulah lebih kurang pada abad ke-20 kebangkitan
para teoritisi maupun para praktisi sudah mulai tampak.
Istilah manajemen telah diartikan oleh berbagai pihak
dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan,
pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan,
pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan
sebagainya.
Beberapa ahli pendapat tentang manajemen:
1. George R. Terry
2. John D. Millet
3. James A.F. Stoner dan Charles Wankel
4. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard
5. H.B. Siswanto
6. T.H. Handoko
7. dll
B. ELEMEN DASAR MANAJEMEN
C. PERBANDINGAN ANTARA ILMU & SENI MANAJEMEN
lanjutan
D. PENTINGNYA TUJUAN DALAM MANAJEMEN
Tujuan dalam manajemen adalah sesuatu yang ingin
direalisasikan oleh seseorang. Tujuan merupakan objek
atas suatu tindakan.
Frederick W. Taylor (Siswanto, 2006:11) mengatakan
bahwa menggunakan tujuan yang ditentukan sebagai salah
satu teknik utamanya dari manajemen ilmiah.
Sedangkan Locke (Siswanto, 2006:11) juga
mendeskripsikan secara hati-hati mengenai sifat dari
proses mental atas penetapan tujuan.
Sifat secara spesifik dijelaskan oleh Locke sebagai berikut:
1. Spesifikasi tujuan (goal spesificaty)
2. Kesukaran tujuan (Goal difficulty)
3. Intensitas tujuan (Goal intensity)
Tujuan manajemen menurut H.B. Siswanto (2006:11)
adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang
menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan
pengarahan kepada usaha seorang manajer.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil
minimal empat elemen pokok sebagai berikut:
1.Sesuatu yang ingin direalisasikan (goal)
2.Cakupan (scope)
3.Ketepatan (definitness)
4.Pengarahan (direction)
Pada umumnya, tujuan dalam organisasi dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.Tujuan organisasi secara makro
2.Tujuan manajer pada seluruh hierarki organisasi
3.Tujuan individu
PERTEMUAN 2
MANAJEMEN, MANAJER
DAN
KEPEMIMPINAN
MANAJEMEN, MANAJER DAN KEPEMIMPINAN
A. RUANG LINGKUP
Berdasarkan ruang lingkup manajemen, manajer, dan
kepemimpinan tersebut, tidak menutup kemungkinan
memiliki kesamaan dan perbedaan dalam hal
implementasinya.
Kesamaannya adalah bahwa antara manajemen, manajer
dan kepemimpinan kedudukannya berada dalam
organisasi. Sedangkan perbedaannya, manajemen adalah
seni, ilmu dan prosesnya, manajer adalah orangnya, dan
kepemimpinan adalah sifat atau jiwanya.
B. TINGKATAN MANAJEMEN
Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut
Handoko (2003:17) membagi manajer menjadi tiga
golongan yang berbeda, yaitu:
1. Manajer lini – pertama.
2. Manajer menengah.
3. Manajer puncak
Sedangkan menurut cakupan kegiatannya, manajer dapat
dibedakan menjadi empat kelompok sebagaimana
dikemukakan oleh Siswanto (2006:17) sebagai berikut:
1. Dewan direksi
2. Presiden organisasi
3. Departemen atau Kepala divisi
4. Manajer hierarki pertama
C. KETRAMPILAN DAN PERAN MANAJER
Menurut George R. Terry (Siswanto, 2006:18)
mendeskripsikan pekerjaan berdasarkan fungsinya:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Penggerakan
4. Pengendalian
Keterampilan-keterampilan manajerial yang harus dimiliki
oleh setiap manager, menurut Handoko (2003:36) yaitu:
1. Keterampilan konseptual (Conceptual skills)
2. Keterampilan kemanusian (human skills)
3. Keterampilan administratif (administrative skills)
4. Keterampilan teknik (technical skills)
Selain keterampilan manajer tersebut di atas juga terdapat
peran manajer dalam organisasi menurut Siswanto
(2006:22) yaitu:
1. Peran antarpribadi manajer (The manager’s
interpersonal roles)
a. Sebagai tokoh (central figure)
b. Sebagai pemimpin (leader)
c. Sebagai penghubung (liason)
2. Peran Informasional manajer (The manager’s
informational roles)
a. Sebagai pemantau
b. Sebagai penyebar
c. Sebagai juru bicara
3. Peran pengambil keputusan manajer (The manager’s
decisional roles)
a. Sebagai wirausaha
b. Sebagai pereda gangguan
c. Sebagai pengalokasian sumber daya
d. Sebagai perunding
PERTEMUAN 3
PERKEMBANGAN
KONSEP MANAJEMEN
PERKEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN
A. KONSEP DASAR
Hingga saat ini tidak ada suatu teori umum atau
sekumpulan hukum bagi manajemen yang dapat
diterapkan untuk semua situasi. Sebagai manajer akan
menjumpai banyak pandangan tentang manajemen, setiap
pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah
yang berbeda-beda.
Berikut ini perkembangan teori manajemen yang diambil
dari buku Siswanto (2006:31-40) dan Handoko (2003:39-
59) sebagai berikut:
B. PERKEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN
lanjutan
PERTEMUAN 4
P E R E N C A N A A N
(PLANNING)
A. KONSEPSI DASAR
Perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk
memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapainya.
Merencana berarti mengupayakan penggunaan sumbersumber
daya manusia (human resources), sumber daya
alam (natural resources), dan sumber daya lainnya (other
resources) untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan minimum
memiliki tiga karakteristik berikut:
1. Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang
akan datang
2. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau
organisasi
3. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi
pribadi, serta organisasi
B. PROSES PERENCANAAN
Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang
sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Dalam
perecanaan terkandung suatu aktifitas tertentu saling
berkaitan untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan.
Menurut Allen (1963), perencanaan terdiri atas aktifitas yang
dioperasikan oleh seorang manajer untuk berfikir ke depan
dan megambil keputusan saat ini, yang memungkinkan untuk
mendahului serta mengahadapi tantangan pada waktu yang
akan datang. Berikut ini aktivitas perencanaan yang
dimaksud.
1. Prakiraan 2. Penetapan tujuan
3. Pemprograman 4. Penjadwalan
5. Penganggaran 6. Pengembangan prosedur
7. Penetapan dan interpretasi kebijakan
Berikutnya Stoner dan Wankel (Siswanto, 2003:51)
mengklasifikasikan rencana strategis dan rencana
operasional.
C. PEMBAGIAN RENCANA
D. TEORI PERENCANAAN
Catanese dan Snyder (1996:49) membuat dikotomi teori
perencanaan, yaitu berusaha menjelaskan bagaimana
sistem sosial berjalan dan menyediakan peralatan serta
teknik untuk mengendalikan dan mengubah sistem sosial.
Jadi dua jenis teori perencanaan tersebut adalah:
1. Teori Operasi Sistem
Spesialisasi komponen sistem cenderung timbul
sepanjang empat dimensi utama: Produksi, Alokasi,
Pengendalian dan Penyusunan staf
2. Teori Perubahan Sistem
Terdapat empat jenis perubahan sistem yang dihadapi
rasionalisme, inkrementalisme, utopianisme, dan
metodisme.
E. EFEKTIFITAS PERENCANAAN
Masalahnya adalah bukan bagaimana melakukan
pekerjaan dengan benar tetapi manager, seringkali dalam
pengembangkan perencanaan yang efektif manager
mengalami hambatan.
Terdapat dua hambatan utama terhadap pengembangan
rencana yang efektif
1. Penolakan dari dalam diri perencana terhadap penentu
tujuan dan pembuatan rencana untuk memecahkannya.
2. Keengganan yang lazim dari para anggota organisasi
untuk menerima rencana karena perubahan yang akan
ditimbulkannya.
PERTEMUAN 5
PENETAPAN TUJUAN
ORGANISASI
PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI
A. KONSEP DASAR
Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir, atau segala
sesuatu yang akan dicapai. Setiap tujuan kegiatan yang
dilakukan dapat juga disebut “sasaran” atau “target”. Akan
tetapi tujuan dan sasaran mempunyai pengertian yang
berbeda, yaitu: tujuan mempunyai pengertian yang lebih
luas sedangkan sasaran mempunyai pengertian lebih
khusus.
Istilah tujuan dan sasaran digunakan dalam pengertian
yang sama untuk menunjukkan hasil akhir yang dicari dan
dicapai. Keduanya mempunyai nilai orientasi dan
mencerminkan kondisi-kondisi yang diinginkan, terutama
untuk meningkatkan prestasi organisasi.
B. MISI DAN TUJUAN ORGANISASI
Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang
maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud
khas (unik) dan mendasar yang membedakan organisasi
dari organisasi lainnya dan mengidentifikasikan ruang
lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.
Misi organisasi juga menunjukkan fungsi yang hendak
dijalankannya dalam sistem sosial atau ekonomi tertentu.
Dua unsur penting tujuan adalah:
1. Hasil akhir yang diingikan diwaktu mendatang.
2. Usaha-usaha atas kegiatan sekarang diarahkan.
C. BERBAGAI FUNGSI TUJUAN ORGANISASI
Konsep tujuan oragnisasi dipandang secara luas
mempunyai beberapa fungsi penting yang bervariasi
menurut waktu dan keadaan, antara lain sebagai berikut:
1. Pedoman bagi kegiatan
2. Sumber legitimasi
3. Standar pelaksanaan
4. Sumber motivasi
5. Dasar rasional pengorganisasian
D. TIPE-TIPE TUJUAN
Klasifikasi tipe tujuan yang paling luas yang diterima
ialah Klasifikasi Perrow, klasifikasinya membedakan 5 tipe
tujuan yaitu menurut sudut pandang masyarakat,
langganan, investor, eksekutif puncak atau lainya, seperti:
1. Tujuan kemasyarakatan (societal goals)
2. Tujuan keluaran (output goals)
3. Tujuan Sistem (system goals)
4. Tujuan Produk (product goals)
5. Tujuan Turunan (derived goals)
Menurut Peter Drucker, terdapat 8 bidang pokok dimana
perusahaan harus menetapkan tujuan sebagai berikut:
Tanggung jawab
Sosial dan Publik
Prestasi dan Sikap Posisi Pasar
Karyawan
Prestasi dan
Pengembangan
manager
Produktivitas
Sumber Daya Fisik
Inovasi dan Keuangan
Profitabilitas
Tujuan
Sumber: Handoko (2003:115)
E. PROSES PERUMUSAN TUJUAN
Koalisi Ekstenal
-Pemegang saham/
Pemilik modal
-Penyedia (supplier)
-Langganan
-Masyarakat
-dll
Tujuan Individu vs
Organisasi
-Manajemen
-Manajer
-Karyawan
-dll
Koalisi Innternal
Manajer Pelaksana
(eksekutif)
Manajer Pelaksana
(eksekutif)
Tujuan
Sumber: Handoko (2003:118)
PERTEMUAN 6
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. KONSEP DASAR
Menurut Siswanto (2006:171) mengatakan bahwa
Pengambilan Keputusan adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi kemudian
menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling
rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
Simon dalam Siswanto (2006:171) telah mengembangkan
klasifikasi jenis keputusan yang berbeda yaitu: Keputusan
yang di program (programmed decision) dan Keputusan
yang tidak diprogram (nonprogrammed decision).
Klasifikasi dan Pihak yang Menangani Keputusan
B. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Arus Keputusan
Proses Pengambilan Keputusan
C. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Secara umum gaya pengambilan keputusan terdiri dari:
1. Manajer mengambil keputusan sendiri dengan
mnggunakan masukan informasi yang tersedia pada
waktu tertentu.
2. Manajer memperoleh informasi yang diperlukan dari para
bawahan dan kemudian menetapkan keputusan yang
dipandang relavan.
3. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi
organisasi dengan para bawahan secara individual dan
mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa melibatkan
para bawahan sebagai suatu kelompok.
4. Manajer membicarakan situasi keperluan dengan para
bawahan sebagai suatu konferensi/pertemuan kelompok.
5. Manajer membicarakan situasi keputusan dengan para
bawahan sebagai suatu kelompok dan kelompok
menyusun serta menilai alternatif.
D. KERANGKA KERJA DAN KONSEP UNTUK
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menurut Davis dalam Siswanto (2006:180) kerangka kerja
untuk pengambilan keputusan tersebut meliputi hal-hal
berikut:
1. Sistem Pengambilan Keputusan
2. Pengetahuan Mengenai Keluaran
3. Tanggapan Keputusan
4. Deskripsi Mengenai Pengambilan Keputusan
5. Kriteria untuk Pengambilan Keputusan
6. Relevansi Konsep Keputusan Terhadap Desain Sistem
Informasi Manajemen
E. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
SEDERHANA
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam praktik
dan keputusan yang harus diambil, dapat digolongkan
menjadi dua tipe permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Permasalahan yang bersifat rutin dan repetitif
2. Permasalahan yang datangnya tidak menentu, yang
bersifat insidental.
Selain penggolongan tipe permasalahan diatas, menurut
hierarki permasalahan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Permasalahan yang berisfat sederhana
2. Permasalahan yang bersifat sedang,
3. Permasalahan yang bersifat sangat kompleks
PENGORGANISASIAN
PERTEMUAN 9
A. KONSEPSI DASAR
Organisasi dapat di definisikan sebagai kelompok orang
yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk
merealisasikan tujuan bersama.
Suatu organisasi mengandung tiga elemen yang saling
berhubungan. Ketiga elemen organisasi tersebut adalah:
1. Sekelompok orang.
2. Interaksi dan kerjasama, serta.
3. Tujuan bersama.
Salah satu ciri utama dari organisasi adalah sekelompok
orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan
norma, peraturan serta kebijakan dan menjalankannya
dengan penuh tanggung jawab.
Menurut Siswanto (2006:76) Variabel yang mempengaruhi
perilaku
Variabel
Fisiologis
Variabel
Psikologis
Perilaku
Individu
B. INDIVIDU DAN PERILAKU ORGANISASI
Variabel
Lingkungan
Kemampuan fisik,
kemampuan mental
Persepsi, sikap, kepribadian,
belajar, dan dan motivasi
Keluarga,
Kebudayaan, dan
Kelas Sosial
Ciri utama individu dan pengaruhnya terhadap efektivitas
organisasi menurut Siswanto (2006:81)
Lanjutan
McDavid dan Harari dalam Siswanto (2006:81)
mendefinisikan kelompok sebagai suatu system yang
terorganisasi yang melakukan fungsi tertentu yang
melakukan serangkaian peran antar anggotannya, dan
memiliki serangkaian norma yang mengatur kelompok dan
tiap anggotanya.
C. KELOMPOK DAN PERILAKU ORGANISASI
Definisi di atas menekankan beberapa ciri kelompok
seperti peran dan norma.
Siswanto (2006:85) menggambarkan dalam tabel
mengenai karakteristik kelompok dan perilaku organisasi
sebagai berikut:
Karakteristik Kelompok dan Perilaku Organisasi
D. STRUKTUR ORGANISASI
Stoner dan Wankell membatasi bahwa struktur organisasi
adalah: ”Susunan dan hubungan antar bagian komponen
dan posisi dalam suatu perkumpulan”
Gibson dan kawan-kawan menekankan bahwa struktur
bertalian dengan hubungan pekerjaan dalam organisasi.
Hubungan yang pasti tersebut timbul dari proses
keputusan sebagai berikut:
1. Pembagian Kerja (division of labor)
2. Departementalisasi (departementalization)
3. Permasalahan rentang kendali (Span of control)
4. Delegasi kekuasaan (Delegation of authority)
PERTEMUAN 10
KOORDINASI DAN RENTANG
MANAJEMEN
KOORDINASI DAN RENTANG MANAJEMEN
Kemampuan manajer untuk melakukan koordinasi secara
efektif sebagian besar tergantung pada jumlah bawahan
yang melapor kepadanya, yang di kenal sebagai” rentang
“manajemen” atau” rentang kendali”.
A. KOORDINASI
Koordinasi (coordination) adalah proses penintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiaatan-kegiatan pada satuan- satuan
yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional
suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara
efesien.
Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan
kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan
derajat saling ketergantungan bermacam- macam satuan
pelaksanaanya.
Menurut Thompson, ada tiga macam saling
ketergantungan di antara satuan- satuan organisasi, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled
interdapandence)
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential
interdependence) Reciprocal interdependence)
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal
interdependence)
Tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan
organisasi (Handoko, 2003:197)
B. MASALAH-MASALAH PENCAPAIAN KOORDINASI
YANG EFEKTIF
Lawrence dan Lorch telah mengemukakan empat tipe
perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara
bermacam-macam individu dan departemen-departemen
dalam organisasi yang mempersulit tugas
pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif,
yaitu:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu
2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
4. Perbedaan dalam formasi Struktur.
Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang
efektif yaitu:
1. Teknik-teknik dasar
2. Meningkatkan koordinasi potensil
3. Mengurangi kebutuhan akan koordinasi
Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar adalah
komponen-komponen vital manajemen yaitu:
1. Hirarki manajerial
2. Aturan dan prosedur
3. Rencana dan penetapan tujuan
C. RENTANG MANAJEMEN
Rentang manajemen sering juga disebut istilah-istilah:
1. Span of control
2. Span of authority
3. Span of attention
4. Span of supervision
Ada dua alasan utama mengapa penentuan rentang
manajemen yang tepat adalah penting :
1. Rentang manajemen, mempengaruhi penggunaan
efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari
bawahan mereka.
2. Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh
organisasi dan struktur organisasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentang Manajemen:
1. Kesamaan fungsi-fungsi
2. Kedekatan geografis
3. Tingkat pengawasan langsung yang di butuhkan
4. Tingkat koordinasi pengawasan yang di butuhkan
5. Perencanaan yang di butuhkan manajer
6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas
Pedoman lainnya yang dapat dipakai untuk menetukan
rentang manajemen mencakup beberapa faktor:
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bawahan.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan atasan.
WEWENANG DAN PENDELEGASIAN
A. KONSEP DASAR
Menurut Handoko (2003:212) Wewenang (authority)
adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah
orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
agar tercapai tujuan tertentu.
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai
sumber wewenang, yaitu:
1. Teori formal. Pandangan wewenang formal
menyebutkan bahwa wewenang adalah dianugerahkan;
wewenang ada karena seseorang di beri atau dilimpahi
atau di warisi hal tersebut.
2. Teori Penerimaan (acceptance theory pf authority)
menyanggah pendapat bahwa wewenang dapat
dianugerahkan.
Secara ringkas dapat disimpulkan, wewenang dan
tanggung jawab adalah sama dalam jangka panjang (in the
long run). Dalam jangka pendek (in the short run),
bagaimana juga, tanggung jawab seorang manajer hampir
selalu lebih besar dari wewenangnya, karena ini
merupakan ciri delegasi.
Jenis wewenang dalam organisasi:
1. Wewenang lini
2. Wewenang staf
3. Wewenang staf fungsional
B. PENDELEGASIAN WEWENANG
Delegasi wewenang adalah proses dimana para manajer
mengalokasikan wewenang kebawah kepada orang-orang
yang melapor kepadanya.
Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan, yaitu:
1. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan
tugas kepada bawahan
2. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang
diperlukan untuk mencapai tujuan atau tugas
3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit,
menimbulkan kewajiban atau tanggungjawab
4. Pendelegasian menerima pertanggungjawaban
bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.
C. ALASAN-ALASAN PENDELEGASIAN
1. Pendelegasian memungkinkan manajer dapat
mencapai lebih dari bila mereka menangani setiap
tugas sendiri.
2. Delegasi wewenang dari atasan ke bawahan
merupakan proses yang diperlukan agar organisasi
dapat berfungsi lebih efisien.
3. Delegasi juga memungkinkan manajer memusatkan
tenaganya pada tugas- tugas prioritas yang lebih
penting.
4. Delegasi memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang bhkan dapat digunakan sebagai alat untuk
belajardari kesalahan.
Prisip klasik yang dijadikan dasar untuk delegasi yang
efektif adalah:
1. Prinsip Skalar.
2. Prinsip kesatuan perintah.
3. Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.
Perlu dicari solusinya:
1. Mengapa manajer gagal mendelegasikan
2. Mengapa bawahan tidak menerima delegasi
3. Bagaimana penanggulangan hambatan-hambatan
delegasi
Allen dalam Handoko (2003:228) mengemukakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manajer
melakukan delegasi dengan efektif:
1. Tetapkan tujuan.
2. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang.
3. Berikan motivasi kepada bawahan.
4. Meminta penyelesaian kerja.
5. Berikan latihan.
5. Adakan pengawasan yang memadai.
PERTEMUAN 11
PEMOTIVASIAN
M o t i v a s i
A. KONSEP DASAR
Motivasi tidak dapat dibahas dengan cermat apabila masih
dipahami sebagai suatu kepribadian (personality) yang
dimiliki oleh sementara orang saja
Berelson dan Steiner dalam Siswanto (2006:119)
mendefinisikan motivasi sebagai keadaan kejiwaan dan
sikap mental manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan, dan mengarahkan atau menyalurkan
perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi
kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
B. MOTIVASI DAN PERILAKU
Menurut Hersey dan Blanchard dalam Siswanto ( 2006:120)
bahwa perbedaan individu tidak hanya terletak pada
kemampuan saja, tetapi juga terletakpada kemauannya.
Sedangkan motif seringkali dirumuskan sebagai:
1. Kebutuhan (need)
2. Keinginan (want)
3. Dorongan (drive)
4. Bisikan hati (impluse)
Berkurangnya kekuatan suatu kebutuhan menurut Hersey
dan Blanchard dalam Siswanto (2006:121) disebabkan halhal
sebagai berikut:
1. Pemuasan kebutuhan (need satisfaction)
2. Pemblokiran pemuasan kebutuhan (bloking need
satisfaction)
3. Ketegangan kognitif (cognitive dissonance)
4. Frustasi (frustration)
5. Rasionalisasi (rasionalization)
6. Regresi (regrision)
7. Fiksasi (fixation)
8. Resignasi (resignation)
9. Kekuatan motif yang meningkat (increasing motive
strength)
C. ELEMEN DAN BENTUK MOTIVASI
D. TEORI-TEORI MOTIVASI
lanjutan
PERTEMUAN 12
KOMUNIKASI DALAM
ORGANISASI
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. KONSEP DASAR
Menurut Handoko (2003:272) bahwa komunikasi adalah
proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan
atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Konsep rantai pertukaran informasi mempunyai unsurunsur
sebagai berikut:
1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti
2. Suatu sarana pengaliran informasi
3. Suatu system bagi terjalinnya komunikasi di antara
individu-individu
B. PROSES KOMUNIKASI
Model komunikasi antar pribadi
Model ini menunjukkan tiga unsur esensi komunikasi. Bila
salah satu unsur hilang, maka komunikasi tidak dapat
berlangsung. Sebagai contoh, seseorang dapat
mengirimkan berita tetapi bila tidak ada yang menerima
atau mendengar maka komunikasi tidak akan terjadi.
Model komunikasi lebih terperinci
C. TIPE JARINGAN DAN SALURAN KOMUNIKASI
DALAM ORGANISASI
Menurut Handoko (2003:278) bahwa tipe jaringan
komunikasi berbentuk:
1. Lingkaran
2. Rantai
3. Huruf Y
4. Bintang
Sedangkan saluran komunikasi dalam organisasi terdiri
dari:
1. Komunikasi vertikal
2. Komunikasi lateral atau horizontal
3. Komunikasi Diagonal
D. HAMBATAN KOMUNIKASI
1. Hambatan – hambatan Organisasi
a. Tingkatan Hirarki
b. Wewenang Manajerial
c. Spesialisasi
2. Hambatan-hambatan Antar Pribadi, yang terdiri dari :
a. Persepsi Selektif
b. Status / Kedudukan Komunikator
c. Keadaan Membela Diri
d. Pendengaran Lemah
e. Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa
E. PENINGKATAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
Cara-cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh para manajer untuk dapat meningkatkan
efektivitas komunikasi antara lain:
1. Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif
2. Penggunaan umpan-balik
3. Menjadi komunikator yang lebih efektif
4. Pedoman komunikasi yang baik
Pertemuan 13
STANDAR PENGENDALIAN
A.ELEMEN PENGENDALIAN
Manajer dapat memfokuskan pada standar dalam bidang
fungsional untuk mengukur prestasi :
PRODUKSI PEMASARAN SDM Keuangan
1.Mutu 1.Volume Penjualan 1.Hubungan
Tenaga Kerja
Pengeluaran
Modal
2.Jumlah 2.Pengeluaran
Penjualan
2.Pergantian
Tenaga Kerja
Sediaan
3.Biaya 3.Pengiklanan 3. Tingkat absensi Arus modal
4.Prestasi kerja
individu
4.Prestasi salesman - Likuiditas
B. LAPORAN KEUANGAN PENGENDALIAN
Laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan
karena merupakan tolok ukur :
1. Keberhasilan Manajemen
2. Pertanggungjawaban Manajemen
3. Pengembangan perusahaan
4. Penutupan perusahaan
C. ANALISA LAPORAN KEUANGAN
Analisa ratio digunakan untuk membandingkan angkaangka
historis perusahaan secara :
1. Time series, dari waktu ke waktu
2. Perbandingan dengan perusahaan sejenis
Ada 4 Test untuk membantu pembuatan keputusan :
1. TES OF PROFITABILITY
NAMA ANALISIS RUMUS
Return on Owners Investment(ROI) Laba:Rata-rata Modal Sendiri
Return on Total Investmen (RTI) (Laba+bi bunga):Rata-rata total Assets
Financial Leverage ROI - RTI
Earning per share (EPS) Laba: Rata Jumlah saham beredar
Profit Margin Laba : Penjualan bersih
Fixed Asset Turnover Ratio Penj bersih:Rata-rata Asset bersih
2. TEST OF LIQUIDITY
NAMA ANALISA RUMUS
Cash Ratio Kas+setara kas : Utang lancar
Current Ratio Aktiva Lancar:Hutang lancar
Quick Ratio (AL-Persed) :Hutang Lancar
Receivable Turnover Penj kredit: Rata-rata Piutang
Average age of Receivable 365 : Receivable Turnover
InventoryTurnover HP Penj : Rata-rata Persed
Average Days supply in Inventory 365 : Inventory Turnover
3. TEST OF SOLVENCY & EQUITY POSITION
Debt Equity Ratio = Total Utang
Modal Sendiri
4. MARKET TEST
NAMA ANALISA RUMUS
Price / Earning Ratio Harga Pasar perlembar saham :
laba perlembar saham
Dividend Yield Ratio Dividend perlembar : harga
pasar perlembar saham
Book Value per share Modal Saham Biasa : Jumlah
lembar saham biasa yg beredar
PERTEMUAN 14
MANAJEMEN MODERN
(Manajemen Kontemporer)
Perkembangan Manajemen Masa Kini
Perkembangan dunia yang pesat akhir-akhir ini juga
mempengaruhi sektor manajemen. Revolusi informasi yang
merupakan fondasi revolusi kehidupan yang lain telah
memaksa para manajer untuk mengubah pendekatan
manajemen yang cocok untuk diterapkan di dunia bisnis
yang serba berubah ini.
Adanya era globalisasi bisnis dan liberalisasi hampir di
semua bidang perekonomian menyebabkan batas antar
negara dan budaya semakin kabur (borderless nation).
Pandangan/pendekatan baru terhadap ilmu manajemen
tersebut kita sebut sebagai “manajemen kontemporer”.
Artinya: Perubahan terhadap cara-cara pengelolaan
perusahaan yang mau tidak mau harus diperhatikan oleh
setiap perusahaan dimanapun ia berada.
Situasi perekonomian dan tingkat persaingan yang
semakin tinggi memaksa perusahaan untuk berbuat
sesuatu guna mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Model Manajemen Kontemporer
1. Model Tipe Z
2. Gerakan Ekselensi
3. Total Quality Management (TQM)
4. ISO 9000 dan 14000
5. Proses Rekayasa Ulang Bisnis
6. Downsizing
7. Organisasi Jejala
8. Kaizen
9. Just In Time
10. ABC Concept
11. Balanced Scorecard
Model Manajemen Kontemporer:
1. Model Tipe Z
William Ouchi mengemukakan bahwa perusahaan
Amerika dan Jepang berbeda dalam tujuh dimensi
yang penting, yaitu:
a. Lama masa kerja
b. Cara pengambilan keputusan
c. Letak tanggungjawab
d. Kecepatan evaluasi dan promosi
e. Mekanisme kontrol
f. Spesialisasi jalur karier
g. Perhatian perusahaan terhadap pegawai
2. Gerakan Ekselensi
Peters & Waterman, mengatakan bahwa, perusahaanperusahaan
tertentu yang “ekselen,” atau mereka yang
memiliki kesuksesan yang telah berlangsung dalam
jangka panjang, melakukan banyak hal secara
sistematik yang membuat mereka terpisah dari
perusahaan lain.
Karakteristik dasar yang mungkin memicu ekselensi:
a. Melakukan sesuatu tepat pada waktunya
b. Tetap dekat dengan konsumen
c. Mempromosikan otonomi dan kewirausahaan
d. Memaksimalkan produksivitas pekerja
e. Menggunakan pendekatan hand-on bagi manajemen
f. Melakukan yang terbaik dan diketahui perusahaan
g. Mempertahankan struktur organisasi yang sederhana
3. TQM (Total Quality Management)
Sebagai komitmen budaya organisasi untuk memuaskan
pelanggan melalui penggunaan sistem terpadu dari
perangkat, teknik-teknik, dan pelatihan.
Berdasarkan sigi yang dilakukan Lacelles & Berry
terhadap 700 orang eksekutif, ditemukan bahwa
motivasi yang melatarbelakangi perlunya penerapan
TQM pada sejumlah perusahaan, yaitu:
a. 73% ingin memenuhi keinginan pelanggan
b. 60% ingin mengurangi biaya
c. 59% disebabkan inisiatif para eksekutif
d. 34% disebabkan adanya ancaman dari pesaing
4. ISO 9000 dan ISO 14000
ISO (International Organization for Standardization)
Ada empat macam standar yang diberikan:
a. ISO 9001
Melaksanakan semua aspek pabrikan (manufakturing)
termasuk pengembangan dan penyerahan produk
dan jasa
b. ISO 9002
Melaksanakan semua fungsi prabrikan kecuali desain
dan pengembangan produk dan/atau jasa.
c. ISO 9003
Perusahaan non pabrikan, seperti distributor operasi
pergudangan
d. ISO 14000
Unsur-unsur manajemen lingkungan yang berkualitas
5. Proses Rekayasa Ulang Bisnis
Proses perencanaan ulang secara radikal serta
memikirkan kembali proses bisnis secara fundamental
untuk mencapai perbaikan secara dramatis dalam
ukuran unjuk kerja kontemporer seperti, biaya, kualitas,
servis, dan kecepatan (Bennis)
Proses rekayasa ulang ditujukan untuk:
a. Meningkatkan produktivitas
b. Mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham
c. Mencapai hasil yang luar biasa min 50% kenaikannya
d. Menghilangkan tingkatan dan pekerjaan yang tidak
perlu (Restrukturisasi)
6. Downsizing
Versi restrukturisasi organisasi yang menghasilkan
penurunan besaran organisasi dan sering menghasilkan
struktur organisasi yang lebih mendatar.
Pada dasarnya downsizing dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan yang sedang menjalankan rekayasa ulang
(reengineering), sebagai salah satu usaha untuk
membuat perusahaan menjadi lebih fleksibel, efisien dan
efektif.
Downsizing dapat meningkatkan efisiensi, karena biaya,
upah para manajer menjadi berkurang dan proses
pengambilan keputusanpun menjadi lebih cepat dari
pada sebelumnya.
7. Organisasi Jejala (Networking Organization)
Perusahaan harus memiliki semua fungsi utama
(produksi, pemasaran dsb) agar dapat dijalankan
kegiatan perusahan.
Fungsi utama organisasi jejala tidak harus dimilikinya
sendiri, tetapi dapat dilakukan oleh perusahaan lain,
yaitu atas dasar kontrak.
Perusahaan dengan dengan struktur organisasi jejala ini
cukup dikendalikan leh beberapa orang eksekutif saja,
yang bertugas mengatur dan mengkoordinir para
subkontraktor perusahaan, dan membuat strategi tingkat
perusahaan guna menjadi perusahaan global jika
memungkinkan.
8. Kaizen
Diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki secara terus-menerus semua bidang
dalam perusahaan.
Menurut Kazuo Inamori bahwa Kaizen adalah ”To day
better than yesterday, then make tomorrow better than
yesterday” (hari ini lebih baik dari kemarin, dan buat
esok lebih baik dari hari ini)
Dalam Hadist Islam, dikatakan bahwa:”jika hari ini sama
dengan kemarin berarti kamu merugi, dan jika lebih
jelek maka kamu celaka”
Konsep Kaizen ini berkaitan dengan konsep TQM.
9. Just In Time (JIT)
Model ini menunjukkan bahwa konsep manajemen biaya
(cost management concepts) sudah sejak lama
ketinggalan zaman dan perlu dirubah.
Unsur-unsur yang pada JIT
a. Sikap Awareness/Education
b. House-keeping
c. Quality Improvement
d. Uniform Plant Load (UPL)
e. Redesign Prosess Flow
f. Set-up Reduction
g. Supplier Net Work
10. ABC Concept
Salah satu model yang dianggap revolusioner dan
populer khususnya di bidang cost accounting atau
persisnya management accounting adalah Activity
Based Costing (ABC)
Model ini telah diaplikasi sebagian besar perusahaan di
Amerika dan dinilai telah mampu meningkatkan
efisiensi dan daya saing produk Amerika terhadap
produk asing khususnya Jerman dan Jepang. Malah
model ini dianggap lebih bermanfaat dibanding dengan
konsep JIT yang dinilai sebagai produk Jepang.
Dalam akuntansi konvensional dikenal tiga unsur dalam
menghitung biaya produk, yaitu:
a. Biaya langsung
b. Biaya upah langsung
c. Biaya overhead
11. Balanced Scorecard
Menurut Kaplan & Norton, bahwa balanced scorecard
berfungsi sebagai pelengkap dan bukan sebagai
pengganti pengukuran kinerja keuangan tradisional,
karena data keuangan tetap dipertahankan dalam
pengukuran kinerja.
Empat perpektif kinerja Balanced Scorecard, yaitu:
a. Financial Perspective
b. Customer Perspective
c. Internal Business Prosess Perspective
d. Learning and Growth Perspective

Tidak ada komentar:

Posting Komentar